Malam guys…
Balik lagi sama gue Shofi di artikel ke-2 gue..
Masih inget kan kalo gue itu cowo tulen dan sampe sekarang Alhamdulillah masih demen sama yang namanya cewe.. :D
Tema kali ini masih ada sangkut pautnya sama artikel gue yang pertama. Kemaren gue bahas tentang hidup itu memulai bukan menunggu. Kalo lo jeli bacanya, pasti lo bisa garis bawahin tentang gue ngumpulin duit 2000 sehari buat kuliah. sama tentang gue punya cita-cita ngambil beasiswa kuliah di Al-Azhar Kairo Mesir. Dari 2 hal itu, lo bisa simpulin kalo gue ternyata orang kere tapi gue itu pemimpi kelas kakap. Meskipun akhirnya gue tetep gagal ikut beasiswa karena gue ga bisa siapin duit 10 juta buat ngurusin keberangkatan gue kesana. Tapi pada intinya gue berani bermimpi.
Mungkin disini ada yang nganggap gue ga tau diri punya mimpi sebesar itu, tapi yang gue pahami setiap orang berhak punya mimpi setinggi apapun. Selama dia itu pantas punya mimpi tersebut. Lo lo pada pasti pahamlah konotasi “pantas” disana itu arahnya kemana.
Bukan orang miskin ga pantes punya mimpi jadi presiden, bukan pula orang desa ga pantes kualiah di Amerika. Bukan itu, tapi “Pantas” disana lebih ke kualitas diri untuk mimpi tersebut.
Apa pantas bermimpi jadi presiden tapi orang itu malas-malasan?
Apa pantas kuliah di luar negeri tapi sering bolos sekolah?
Apa pantas?
So’ siapapun berhak punya mimpi, selama dia pantas memilikinya.
Tuhan kita itu baik, bahkan kita yakin Dia maha kaya dan maha pemberi. Lalu kenapa kita selalu berdoa yang tanggung-tanggung? Ga sekalian yang tinggi? Apa kita ga yakin ga bakal dikabulin? Kita memang selalu semiris ini.
Tapi kalo ngomongin tentang mimpi gue bakal ditegor sama mas Ippho Santosa, katanya yang harus kita punya itu impian bukan mimpi. Mimpi itu hadir saat kita tidak sadar tapi impian hadir saat kita sadar. Yap sadar penuh. Tidak ada kata terlambat. Seorang kakek tua rentapun masih berhak punya impian yang harus direalisasikan. Bangun mimpi setinggi-tingginya. Bertanggung jawablah atas impian-impian kita. Jangan gantungan harapan pada orang lain. Yang bisa menyelamatkan diri sendiri itu bukan orang lain tapi kita sendiri karena nasib itu mutlak tanggung jawab pribadi.
Jangan berfikir dulu kita bisa meraih mimpi itu atau tidak, jangan memikirkan hasil akhir akan bagaimana. Berfikir positiflah. Lakukan bagianmu dengan sebaik-baiknya, serahkan pada Tuhan bagianNya.
Tahu apa yang harus dilakukan sekarang?
Bermimpilah! bangunlah impian! Pantaskan diri!
Udah malem nii guys, waktunya gue memeluk hening (nanti gue bahas secara khusus tentang memeluk hening) :D
Yowes… ditinggal dulu yah… good night sang pemimpi…
Thnx udah mampir ke blog gue.
“Sssssssstttt….. bermimpinya jangan kebanyakan, mimpi cukup sekali, actionnya yang harus berkali-kali” bisik mas Ippho ke telinga gue.
Judul : Berani Bermimpi
URL : https://ocehan-adul.blogspot.com/2016/06/berani-bermimpi_28.html?m=0
Pesan : Terimakasih telah membaca:
URL : https://ocehan-adul.blogspot.com/2016/06/berani-bermimpi_28.html?m=0
Pesan : Terimakasih telah membaca: